Selasa, 02 Oktober 2012

IASB dan FASB Alot Berdebat Kontrak Asuransi Fase 2 dan Pendapatan

London, 26 September 2011 – Sejak diterbitkannya exposure draft kontrak asuransi fase dua bulan Juli 2010, IASB telah menangguhkan beberapa kali tenggat waktu penyelesaian akuntansi kontrak asuransi fase 2 yang seharusnya selesai tahun 2011. Keterlambatan ini memicu kekhawatiran para penyusun standar di asia dan oceania yang bergabung dalam AOSSG dan berusaha mendorong IASB untuk segera menyelesaikannya dan bahkan mengusulkan untuk meninggalkan FSAB bila memang “konvergensi dengan US GAAP” menjadi alasan lambannya penyelesaian standar ini.

Dalam rapat bersama IASB dan FASb hari Senin, 24 September2012, terlihat kedua penyusun standar ini berusaha untuk mendiskusikan hal-hal penting untuk memenuhi tuntutan dunia. Ersa Tri Wahyuni, penasihat teknis Ikatan Akuntan Indonesia yang mengamati jalannya rapat tersebut mengakui peliknya beberapa permasalahan akuntansi asuransi yang didiskusikan.

“Standar akuntansi untuk asuransi di bawah US GAAP sudah jauh lebih dulu dikembangkan dan diterapkan di Amerika, sedangkan standar akuntansi asuransi di bawah IFRS masih sangat longgar sehingg justru membuat praktik di lapangan jadi seragam. Model bisnis asuransi juga sangat kompleks dan bervariasi dari mulai asuransjiwa sampai asuransi kerugian dengan berbagai kombinasi fitur proteksi dan investasi. Untuk membuat satu model kontrak asuransi yang akan berlaku untuk semua jenis kontrak asuransi tentunya bukan hal yang mudah.” Ujar Ersa.

Proses penyelesaian kontrak asuransi fase 2 juga akan membawa dampak pada Indonesia yang sedang melakukan konvergensi IFRS. Ersa juga mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri, DSAK-IAI baru menerapkan standar IFRS 4 yang fase1 tahun 2012 dan sedang membuat bulletin teknis untuk membantu para pengguna standar menerapkannya.

Dalam rapatnya, IASB dan FSAB membahas ketentuan transisi baik ketentuan transisi secara umum dan ketentuan transisi khusu mengenai pengunaan pertimbangan praktis (Pratical Expedients) untuk menentukan discountn rate di masa transisi. Pengaturan untuk biaa akuisisi kotrak asuransi juga masuk dalam agenda pembahasan.

“Mengenai penggunaan pertimbangan praktis dalam menentukan discount rate di masa transisi, diskusi cukup singkat dan usulan staff IASB mendapat dukungan dari para anggota dewan. Sedangkan untuk ketentuan transisi lainnya, diskusi berjalan cukup alot karena beberapa opsi yang diberikan oleh staff tidak ada yang sempurna. Namun keputusan IASB dan FASB untuk tidak mengambil opsi retrospective penuh pastinya akan diapresiasi oleh industri asuransi.”ungkap Ersa yang mengikuti perdebatan secara langsung.

Selain kontrak asuransi, hari senin kemarin, IASB dan FASAB juga membahas perkembangan standar pengakuan pendapatan yang juga sangat pelik. Akuntansi untuk pengakuan pendapatan dari kontrak pelanggan juga sudah cukup lama didiskusikan, lagi-lagi ini juga merupakan salah satu standar yang masukan dalam MoU konvergensi dengan FSAB sehingga diskusinya menjadi berlarut-larut. Dimulai sejak diterbitkannya discussion papaer pada bulan Oktober 2008, model pendapatan yang diusulkan oleh IASB memeng cukup kontroversial sehingg November 2011, IASB menerbitkan ulang exposure draft yang sebelumnya sudah diterbitkan pada Juni 2012.

Di dalam diskusi senin kemarin, ada empat usulan yang dbahas di dalam rapat bersama IASB namun yang menjadi perdebatan hangat adalah mengenai penyajian penurunan nilai dari piutang. “anggta IASB berdebat apakah pendapatan disajikan secara bruto atau secara neto. Beberapa angoa IASB menginginkan hanya ada satu penyajian revenue saja secara bruto sedangkan impairment disajikan pada kelompok biaya. Sebagian lagi menyetujui bahwa pendapatan bruto disajikan dan juga pendapatan neto disajikan setelah dikurangi penurunan piiutan” jelas Ersa.

Mengingat bahwa standar in iakan mengusulkan satu model pendapatan yang akan berlaku untuk semua jenis industri, maka anggota IASB dan FASB cukup berhati-hati dalam menyelesaikan standar in terutama terkait dengan industri yang memiliki kontrak jangka panjang seperti konstruksi. Staff IASB mengusulkan beberapa perbaikan untuk memberikan petunjuk yang lebih jelah bagaimana menghadapi kendapa perhitungan pendapatan kontrak jangka panjang adalah mnghilangkan kata “reasonable assured” di pragrag 81 ED Revenue tahun 2011. IASB menerima masukan bahwa definisi reasonable assured membingungkan karena digunakan juga di standar-standar auditing dan standar IFRS/US GAAP lainnya. Sehingga kata reasonable assured diganti dengan panduan yang lebih baik untuk menentukan apakah entitas memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan prediksi atas pendapatannya (predictive experience). Penghapusan kata reasonable assured ini ditentang oleh beberapa anggoa IASB karena dirasakan konsep predictive experience lebih lemah daripada kata reasonable assure. Pembahasan mengenai akuntansi pendapatan akan masih berlanjut sampau akhir 2012 dengan target terbit IFRS pertengahan tahun 2013.
IASB akan meneruskan rapat mereka sampai hari Jum’at, 28 September dengan beberapa agenda penting lainnya seperti melanjutkan diskusi kontrak asuransi, juga membahas akuntansi untuk instrument keuangan, agrikultur dan kerangka konseptual.
Penjelasan lebih rinci tentang pengakuan pendapatn dapat dipelajari dari tauntan ini:

penjelasan lebih rinci tentang kontrak asuransi dapat dipelajari dari tautan ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar