London, 26
September 2011 – Sejak diterbitkannya exposure draft kontrak asuransi
fase dua bulan Juli 2010, IASB telah menangguhkan beberapa kali tenggat
waktu penyelesaian akuntansi kontrak asuransi fase 2 yang seharusnya
selesai tahun 2011. Keterlambatan ini memicu kekhawatiran para penyusun
standar di asia dan oceania yang bergabung dalam AOSSG dan berusaha
mendorong IASB untuk segera menyelesaikannya dan bahkan mengusulkan
untuk meninggalkan FSAB bila memang “konvergensi dengan US GAAP” menjadi
alasan lambannya penyelesaian standar ini.
Dalam rapat bersama IASB dan FASb hari Senin, 24 September2012, terlihat kedua penyusun standar ini berusaha untuk mendiskusikan hal-hal penting untuk memenuhi tuntutan dunia. Ersa Tri Wahyuni, penasihat teknis Ikatan Akuntan Indonesia yang mengamati jalannya rapat tersebut mengakui peliknya beberapa permasalahan akuntansi asuransi yang didiskusikan.
Dalam rapat bersama IASB dan FASb hari Senin, 24 September2012, terlihat kedua penyusun standar ini berusaha untuk mendiskusikan hal-hal penting untuk memenuhi tuntutan dunia. Ersa Tri Wahyuni, penasihat teknis Ikatan Akuntan Indonesia yang mengamati jalannya rapat tersebut mengakui peliknya beberapa permasalahan akuntansi asuransi yang didiskusikan.
“Standar
akuntansi untuk asuransi di bawah US GAAP sudah jauh lebih dulu
dikembangkan dan diterapkan di Amerika, sedangkan standar akuntansi
asuransi di bawah IFRS masih sangat longgar sehingg justru membuat
praktik di lapangan jadi seragam. Model bisnis asuransi juga sangat
kompleks dan bervariasi dari mulai asuransjiwa sampai asuransi kerugian
dengan berbagai kombinasi fitur proteksi dan investasi. Untuk membuat
satu model kontrak asuransi yang akan berlaku untuk semua jenis kontrak
asuransi tentunya bukan hal yang mudah.” Ujar Ersa.
Proses
penyelesaian kontrak asuransi fase 2 juga akan membawa dampak pada
Indonesia yang sedang melakukan konvergensi IFRS. Ersa juga
mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri, DSAK-IAI baru menerapkan
standar IFRS 4 yang fase1 tahun 2012 dan sedang membuat bulletin teknis
untuk membantu para pengguna standar menerapkannya.
Dalam
rapatnya, IASB dan FSAB membahas ketentuan transisi baik ketentuan
transisi secara umum dan ketentuan transisi khusu mengenai pengunaan
pertimbangan praktis (Pratical Expedients) untuk menentukan discountn
rate di masa transisi. Pengaturan untuk biaa akuisisi kotrak asuransi
juga masuk dalam agenda pembahasan.
“Mengenai
penggunaan pertimbangan praktis dalam menentukan discount rate di masa
transisi, diskusi cukup singkat dan usulan staff IASB mendapat dukungan
dari para anggota dewan. Sedangkan untuk ketentuan transisi lainnya,
diskusi berjalan cukup alot karena beberapa opsi yang diberikan oleh
staff tidak ada yang sempurna. Namun keputusan IASB dan FASB untuk tidak
mengambil opsi retrospective penuh pastinya akan diapresiasi oleh
industri asuransi.”ungkap Ersa yang mengikuti perdebatan secara
langsung.
Selain
kontrak asuransi, hari senin kemarin, IASB dan FASAB juga membahas
perkembangan standar pengakuan pendapatan yang juga sangat pelik.
Akuntansi untuk pengakuan pendapatan dari kontrak pelanggan juga sudah
cukup lama didiskusikan, lagi-lagi ini juga merupakan salah satu standar
yang masukan dalam MoU konvergensi dengan FSAB sehingga diskusinya
menjadi berlarut-larut. Dimulai sejak diterbitkannya discussion papaer
pada bulan Oktober 2008, model pendapatan yang diusulkan oleh IASB
memeng cukup kontroversial sehingg November 2011, IASB menerbitkan ulang
exposure draft yang sebelumnya sudah diterbitkan pada Juni 2012.
Di
dalam diskusi senin kemarin, ada empat usulan yang dbahas di dalam
rapat bersama IASB namun yang menjadi perdebatan hangat adalah mengenai
penyajian penurunan nilai dari piutang. “anggta IASB berdebat apakah
pendapatan disajikan secara bruto atau secara neto. Beberapa angoa IASB
menginginkan hanya ada satu penyajian revenue saja secara bruto
sedangkan impairment disajikan pada kelompok biaya. Sebagian lagi
menyetujui bahwa pendapatan bruto disajikan dan juga pendapatan neto
disajikan setelah dikurangi penurunan piiutan” jelas Ersa.
Mengingat
bahwa standar in iakan mengusulkan satu model pendapatan yang akan
berlaku untuk semua jenis industri, maka anggota IASB dan FASB cukup
berhati-hati dalam menyelesaikan standar in terutama terkait dengan
industri yang memiliki kontrak jangka panjang seperti konstruksi. Staff
IASB mengusulkan beberapa perbaikan untuk memberikan petunjuk yang lebih
jelah bagaimana menghadapi kendapa perhitungan pendapatan kontrak
jangka panjang adalah mnghilangkan kata “reasonable assured” di pragrag
81 ED Revenue tahun 2011. IASB menerima masukan bahwa definisi
reasonable assured membingungkan karena digunakan juga di
standar-standar auditing dan standar IFRS/US GAAP lainnya. Sehingga kata
reasonable assured diganti dengan panduan yang lebih baik untuk
menentukan apakah entitas memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan
prediksi atas pendapatannya (predictive experience). Penghapusan kata
reasonable assured ini ditentang oleh beberapa anggoa IASB karena
dirasakan konsep predictive experience lebih lemah daripada kata
reasonable assure. Pembahasan mengenai akuntansi pendapatan akan masih
berlanjut sampau akhir 2012 dengan target terbit IFRS pertengahan tahun
2013.
IASB
akan meneruskan rapat mereka sampai hari Jum’at, 28 September dengan
beberapa agenda penting lainnya seperti melanjutkan diskusi kontrak
asuransi, juga membahas akuntansi untuk instrument keuangan, agrikultur
dan kerangka konseptual.
Penjelasan lebih rinci tentang pengakuan pendapatn dapat dipelajari dari tauntan ini:
penjelasan lebih rinci tentang kontrak asuransi dapat dipelajari dari tautan ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar