ayo berkunjung ke blog kami yang baru
sertifikasiiai.blogspot.com
semua tentang sertifikasi ada di blog
Rabu, 21 November 2012
Selasa, 20 November 2012
Apakah laba rugi perusahaan jasa ada harga pokok penjualanya
Pertanyaan tersebut tergolong klasik, namun masih banyak yang bingung antara menyajikan atau tidak menyajikan harga pokok penjualan pada laporan laba rugi perusahaan jasa. Laporan laba rugi disajikan menurut PSAK 1 khususnya mengenai penyajian “beban” (costs and expenses).
Penyajian laporan keuangan menurut PSAK 1 paragraf 97/102 menyebutkan bahwa entitas menyajikan analisis “beban” yang diakui dalam laba rugi menggunakan dua metode pengklasifikasian :
1. Klasifikasi berdasarkan sifat beban
Pada paragraf 100 disebutkan bahwa, entitas menyajikan klasifikasi beban berdasarkan sifatnya. Konon metode ini lebih mudah diterapkan
2. Klasifikasi berdasarkan fungsi beban
Pada paragraf 101 menyebutkan dengan istilah “metode fungsi beban atau metode biaya penjualan”
Pertanyaanya adalah mengapa PSAK tidak mengulas, secara khusus dan rinci, mengenai tata cara penyajian HPP
1. Laporan keuangan dibuat untuk kepentingan para pihak diluar perusahaan yang disebut sebagai pengguna laporan keuangan, sedangkan manajemen dianggap sebagai pembuat laporan keuangan
2. PSAK disusun untuk satu tujuan saja yaitu : melindungi kepentingan pengguna laporan keuangan supaya laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan bisa memberi informasi yang andal, dan relevan.
3. PSAK menganggap bahwa pengguna laporan keuangan tidak membutuhkan penajian harga pokok penualan secara rinci
Dari ketiga asumsi dasar diatas, bisa kita lihat dengan jelas mengapa bahasa PSAK lebih sering ditujukan untuk para akuntan eksternal, perspektif yang digunakan oleh PSAK adalah perspektif luar perusahaan
Ada 2 anggapan keliru dan cenderung membingungkan, sehubungan dengan HPP dan Perusahaan jasa :
1. Perusahaan jasa tidak punya persediaan
2. Tidak ada persediaan berarti tidak ada harga pokok penjualan
anggapan tersebut cenderung membingungkan, karena pada prakteknya, jenis perusahaan yang murni jasa bisa dihitung jari (misal : konsultan hukum pajak, keuangan, audit, apprasial, aktuaria), selebihnya tidak murni jasa melainkan campuran jasa+dagang
Untuk mengetahui HPP ada di perusahaan jasa atau tidak, berikut penjelasan singkatnya
1. PSAK tidak mengatur secara spesifik mengenai tata cara menyajikan HPP pada laporan Laba Rugi. Sehingga tingkat detail penyajian HPP bersifat diskresi diserahkan kepada kebijakan Manajemen, yang penting andal, dan relevan
2. PSAK tidak mengatur apakah perusahaan jasa sebaiknya menyajikan atau tidak menyajikan HPP. PSAK 1 pragraf 101 hanya menyebutkan bahwa, entitas minimal harus menyajikan “biaya penjualan” yang terpisah dari biaya biaya lainnya
3. Mayoritas perusahaan yang masuk kelompok usaha pada prakteknya tidak murni jasa melainkan kombinasi jasa dan dagang. Meskuipun kenyataanya KLUnya jasa kenyataanya masih memiliki barang persediaan, dan harus menyajikan harga pokok penjualan pada laba ruginya
4. GAAP mengenal istilah “cost of revenue” yang disajikan terpisah dari biaya biaya operasional yang bisa dibilang “cost of goods sold” atau HPP pada laba ruginya
5. “Cost of revenue” adalah segala pengeluaran yang terkait langsung dengan aktifitas pembentukan dan penyerahan jasa. Yang masuk dalam “Cost of Revenue adalah : Komisi penjualan jasa, transportasi, sewa, upah pekerja lepas, tenaga ahli profesional yang sehubungan dengan proses pembentukan dan penyerahan jasa
Senin, 19 November 2012
CHECK OUT GALERY
ayo mampir untuk sekedar lihat-lihat suasana try out USPSAK 13-14 november lalu
klik galery pada blog ini
dan selamat melihat
klik galery pada blog ini
dan selamat melihat
Selasa, 06 November 2012
KETUA DSAK IAI HADIRI WORLD STANDAR SETTERS CONFERENCE
Ketua
DSAK, Rosita Uli Sinaga menyampaikan informasi terkini tentang capaian
konvergensi IFRS di Indonesia di depan konferensi penyusun standar dunia
di London, kamis 25 Oktober 2012. World Standard Setters Conference
(WSS) adalah konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh IASB untuk
meminta masukan dari para penyusun standar tingkat negara. WSS setiap
tahun diadakan di London dan dihadiri pula oleh observer dari organisasi
lain yang menjadi pemangku kepentingan IFRS seperti IOSCO dan European
Union.
Konferensi
ini sangat penting untuk menentukan arah perkembangan IFRS di masa
depan. Indonesia tahun ini diwakili oleh ketua DSAK Rosita Uli Sinaga
dan penasihan teknis IAI Ersa Tri Wahyuni terlibat dalam diskusi-diskusi
hangat bersama para penyusun standar akuntansi negara lain dan IASB.
Berikut adalah pidato ketua DSAK Rosita Uli Sinaga di dalam kegiatan World Standard Setters Conference:
DSAK Chairman’s speech in World Standard Setter Conference London, 25 October 2012.
As
the member of G20, Indonesia is committed to actively support the G20
recommendation to achieve one global high quality accounting standard.
Indonesia has made significant progress on IFRS convergence. As of
today, our local accounting standards have converged to IFRS except for
IAS 41 Agriculture and IFRIC 15 about Real Estate. Although we have not
decided a date of full IFRS adoption, we will continue minimising the
differences between Indonesian standards and IFRS. We are planning to
conduct a research on the benefit and cost analysis on IFRS
Implementation in Indonesia next year.
This
year we faced many implementation challenges especially multi
interpretation issues among users. We have submitted two discussion
papers to IFRIC as the example of IFRS multi interpretation in
Indonesia. One paper is about Accounting for Land and another one is
about accounting for telecommunication tower.
These
two examples have caused debate on the national scale because the size
of disputable assets is significant; there are many other disputes among
practitioners, between companies, auditors and regulators. It is not
easy for an emerging country in their first year of IFRS convergence to
move from rule based to principle-based accounting standard.
To
ensure consistent applica tion of accounting for land, Indonesia
accounting standard board has issued our local interpretation which has
considered specific land legal framework in Indonesia and treat the land
right as PPE. We believe there should be formal mechanism in place to
ensure consistent application of IFRS, both locally and internationally.
In a very rare circumstance, national standard setter may decide to
issue their own interpretation or guidance, which need to be considered
in compliance with IFRS.
BI Siap Terapkan Laporan Keuangan Berdasarkan Akrual
Ikatan Akuntan Indonesia-Jakarta.
Bank Indonesia (BI) saat ini tengah menyiapkan sistem penyajian dan
pelaporan keuangan atas dasar akrual. Akan tetapi, karena BI sendiri
merupakan sebuah entitas unik maka system akuntansi keuangan (SAK) yang
accrual base itu penerapannya lebih beraroma BI, artinya menggunakan ala
BI. Saat ini, bentuknya masih dalam draft Prinsip Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (PDP2LK) BI sebelum nantinya akan dibuat
dalam Peraturan Dewan Gubernur (PDG). Demikian disebutkan oleh Ketua
Dewan Pengarah PDP2LK BI, Rosita Uli Sinaga, dalam acara limited hearing
dengan stakeholder terkait di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (18/10).
Menurut
Rosita, seperti yang tercantum dalam draftnya, tujuan LK BI adalah
untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. LK ini mencakup informasi tentang dampak keuangan dari
kebijakan BI terhadap posisi keuangan dan surplus atau deficit BI.
“Makanya,
untuk mencapai tujuannya tersebut, LK BI pun disusun atas dasar akrual.
Dengan dasr ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian. Artinya, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Kemudian dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
LK pada priode bersangkutan,” tutur dia.
Dia
menambahkan, dengan LK yang disusun atas dasar akrual ini, maka akan
memberikan informasi kepada pengguna tidak hanya transaksi masa lalu
yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas. Tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan
kas yang akan diterima di masa depan. “Oleh karena itu, LK ini
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya
yang paling bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan,” imbuh
Rosita yang juga Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) ini.
Namun
posisi BI sendiri adalah unik. Sehingga dengan keunikan ini, maka LK
yang disusun atas dasar akrual ini harus akrual ala BI yang disesuaikan
dengan tujuan BI. Sebagai contoh, pada saat BI membeli valuta asing
(valas), tujuannya itu untuk intervensi, maka ‘kepribadiannya’ pun tidak
tepat kalau berdasar entitas komersial. Karena kalau entitas komersial,
misalkan dia melakukan jual-beli valas, maka tujuannya jelas untuk
mencari untung, dengan demikian delta nilai wajarnya itu tercermin dalam
laporan laba-rugi.
“Tapi
untuk BI karena tujuannya untuk intervensi valas maka seharusnya
perubahan valas itu tidak dianggap dalam laporan laba-ruginya. Karena BI
ini banyak transaksi yang unik,” jelas dia. Keunikan sendiri, kata
dia, terlihat dari dua hal. Pertama, adanya transaksi yang hanya
terdapat di bank sentral. Dan kedua, adanya transaksi yang terdapat di
entitas lain, namun di lakukan BI dengan tujuan yang berbeda dengan
entitas lain.
Ditanya
kapan kira-kira akan diusulkan dan kemduian menjadi PDG, dia sendiri
berharap draft ini bisa secepatnya dapat dirumuskan, sehingga bisa
segera dibuat menjadi kebijakan dalam PDG. “Mudah-mudahan hingga akhir
tahun ini sudah bisa menjadi PDG,” harapnya.
Sementara
Harti Haryani, Direktur Keuangan Intern BI menyebutkan, dari hasil
draft tersebut nantinya akan difinalisasi menjadi PDG. Setelah itu akan
dituangkan dalam Kebijakan Akuntansi Keuangan BI (KAK-BI). “Jadi untuk
lebih teknisnya itu akan dibuat kebijakan tersebut. Tapi prosesnya masih
sama. Untuk aturan teknisnya juga ditetapkan melalui PDG, kemudian
melalui Komite KAK BI. Tapi kalau yang sangat teknis seperti yang
mengatur debit-kredit, itu di bagian saya dikeluarkannya. Nanti dalam
bentuk Surat Edaran (SE) BI,” tegas dia.
Penyusunan
LK BI sendiri, kata Harti, masih menggunakan SAK umum dan menggunakan
beberapa tiruan yang dilakukan di bank sentral lain, jika satu transaksi
tidak diatur dalam SAK umum. Akan tetapi selama ini, kenapa kebijakaan
ini baru dirumuskan, karena pendapat-pendapat dari banyak paka belum
menjadi kata sepakat.
Sekilas cerita simposium nasional akuntansi (SNA) XV Banjarmasin
Sebanyak 427 naskah tercatat beradu menuju ajang simposium
nasional akuntansi (SNA) XV banjarmasin jumlah yang dinyatakan lolos mencapai
118 artikel
SNA adalah agenda
rutin pertemuan tahunan akuntan pendidik seluruh indonesia sebagai wadah
komunikasi ilmiah untuk memaparkan hasil penelitian akuntansi.
Hasil akhir SNA adalah melahirkan sejumlah solusi alternatif
untuk semakin mendekatkan dan mengurangi kesenjangan antara teori dan hasil
riset di dunia ilmiah dengan realitas praktik di sektor bisnis dan sektor
publik.
\Hasil riset SNA menjadi acuan penting dalam menilai kualitas
riset akuntansi di indonesia dan menjadi referensi utama para periset
indonesia.
Dalam tema kali ini SNA membahas tema “Fraud And Forensic :
peran Akuntan dalam pemberantasan korupsi.” Dari tema ini diharapkan peran
akuntan dalam pemberantasan korupsi dan
menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Berikut adalah makalah terbaik SNA XV banjarmasin :
1.
Nama : Herlina Rahmawati Dewi S.E., M.Sc., &
Dr. Supriyadi M.Sc
Bidang kajian : akuntansi
manajemen dan keperilakuan
Jenis penelitian :kuantitatif
Judul : Keaktifan Montirong
Control dan Penalaran Moral Individu Dalam De-eskalasi komitment
Institusi : Universitas Islam
Indonesia & Universitas Gadjah Mada
2.
Nama : Dr. Soegiharto M.Acc,. Ak.
Bidang kajian : akuntansi
keuangan dan pasar modal
Jenis penelitian :kuantitatif
Judul : Why Do Bidder CEOs Get
Diciplined Following Mergers
Institusi : STIE YKPN Yogyakarta
3.
Nama : Dr. Ari Kamayanti A.md. S.E., M.M., Ak.
Bidang kajian : pendidikan
akuntansi
Jenis penelitian :kualitatif
Judul : Cinta: Tindakan
Berkesadaran Akuntan (Pendekatan Dialogis dalam Pendidikan Akuntansi)
Institusi : Universitas Brawijaya
-Majalah Akuntan Indonesia-
Senin, 05 November 2012
(Dimana) Peran Akuntan dalam Pemberantasan Korupsi
Keraguan publik terhadap peran akuntan dalam pemberantasan dan korupsi dan (fraud) harus
dibuktikan dengan kebijakan dan langkah nyata. Penegakan etika harus menjadi 'ruh' dan
energi dalam eksistensi keprofesian
Diharapkan Profesi akuntan dapat berperan sebagai penggerak manajemen pemerintahan yang bersih dan dapat membersihkan serta penjaga dari bad governance seperti kick back, suap, gratifikasi, fee terselubung, kolusi atau imbalan kepengurusan.
Semakin banyak pendeteksian semakin banyak pengendalian, berarti semakin tidak optimal strategi pencegahan korupsi
dibuktikan dengan kebijakan dan langkah nyata. Penegakan etika harus menjadi 'ruh' dan
energi dalam eksistensi keprofesian
Diharapkan Profesi akuntan dapat berperan sebagai penggerak manajemen pemerintahan yang bersih dan dapat membersihkan serta penjaga dari bad governance seperti kick back, suap, gratifikasi, fee terselubung, kolusi atau imbalan kepengurusan.
Semakin banyak pendeteksian semakin banyak pengendalian, berarti semakin tidak optimal strategi pencegahan korupsi
try out USPSAK 2
Try Out Ujian Sertifikasi PSAK 2 akan segera dilaksanakan pada selasa-rabu 13 dan 14 november 2012
untuk pendaftaran hubungi:
Ikatan Akuntan Indonesia, Grha Akuntan JL sindanglaya no1 Menteng Jakarta Pusat. Telp 021 31904232. email : registrasi@iaiglobal.or.id. atau klik http://www.iaiglobal.or.id/v02/
untuk pendaftaran hubungi:
Ikatan Akuntan Indonesia, Grha Akuntan JL sindanglaya no1 Menteng Jakarta Pusat. Telp 021 31904232. email : registrasi@iaiglobal.or.id. atau klik http://www.iaiglobal.or.id/v02/
Senin, 22 Oktober 2012
Ursus PSAK terkini IAI cabang Depok
ayo segera daftarkan diri anda dalam kursus PSAK terkini tanggal 17 November 2012- 6 Januari 2012 ke :
Ikatan Akuntan Indonesia Cabang Depok. Ruko ITC JL. Margonda Raya Depok, atau klik www.iaiglobal.or.id
Ikatan Akuntan Indonesia Cabang Depok. Ruko ITC JL. Margonda Raya Depok, atau klik www.iaiglobal.or.id
IPSASB PUBLISHES CONSULTATION PAPER ON IPSASs AND GOVERNMENT FINANCE STATISTICS REPORTING GUIDELINES
The International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB) today released for comment the Consultation Paper (CP), IPSASs and Government Finance Statistics Reporting Guidelines. The Consultation Paper was developed by a task force that includes representation
from both the IPSASB and the statistical community, including
international organizations such as the International Monetary Fund and
Eurostat, and national representatives from Brazil, the United Kingdom,
South Africa, and Switzerland.
The Consultation Paper aims to help reduce
differences between Government Finance Statistics (GFS) reporting
guidelines and International Public Sector Accounting Standards
(IPSASs). It provides an overview of differences between GFS reporting
guidelines and IPSASs, and identifies opportunities to reduce these
differences for consideration by either the IPSASB or the statistical
community.
The Consultation Paper also aims
to support governments’ use of integrated financial information systems
that can generate both IPSAS financial statements and GFS reports.
Using a single integrated financial information system can result in
significant benefits, including reduction of GFS report preparation
time, costs, and effort. Improvements are also likely to the source data
for GFS reports, with flow-on benefits in terms of report quality.
Use
of audited financial reporting data prepared on an accrual basis will
substantially improve the data used for the preparation of GFS reports
and therefore for policy making. The use of high-quality upstream data
is a matter of urgency, considering the issues which led to the
sovereign debt crisis.
“Both
governments’ general purpose financial reports and their financial
statistics on the general government sector provide important
information about governments’ finances,” said IPSASB Chair Andreas
Bergmann. “This Consultation Paper shows that there is further scope to
reduce differences between IPSASs and GFS reporting guidelines, with
benefits to the users of both types of reports. It also proposes
practical ways that governments can improve their management of such
differences, so as to efficiently generate data for both their IPSAS
financial statements and GFS reports from the same integrated financial
information system.”
Senin, 15 Oktober 2012
KESEMPATAM BERKARIR
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi akuntan yang berkembang pesat, aktif melaksanakan kegiatan penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Pendidikan dan Pelatihan, serta Sertifikasi. Dalam rangka Melaksanakan program Konvergensi IFRS 2012, peningkatan kompetensi dan pengembangan profesi akuntan di Indonesia, IAI membuka kesempatan berkarir bagi personil yang berkualitasuntuk menempati posisi :
Staf Pendidikan dan Sertifikasi
1. Pendidikan Sarjana Akuntansi dengan minimal IPK 3,00
2. menguasai Bahasa Inggris
3. Proaktif dan Komunikatif
4. Mampu belajar dengan cepat
Lamaran diterima paling lambat 2 minggu setelah iklan ini dipasang, kirimkan lamaran lengkap dilampiri CV dan foto terbaru kepada : HRD IAI
IKATAN AKUNTAN INDONESIA, Grha Akuntan, Jl. Sindanglaya no 1 Menteng Jakarta Pusat 10310 atau melalui email : hrd@iaiglobal.or.id
Staf Pendidikan dan Sertifikasi
1. Pendidikan Sarjana Akuntansi dengan minimal IPK 3,00
2. menguasai Bahasa Inggris
3. Proaktif dan Komunikatif
4. Mampu belajar dengan cepat
Lamaran diterima paling lambat 2 minggu setelah iklan ini dipasang, kirimkan lamaran lengkap dilampiri CV dan foto terbaru kepada : HRD IAI
IKATAN AKUNTAN INDONESIA, Grha Akuntan, Jl. Sindanglaya no 1 Menteng Jakarta Pusat 10310 atau melalui email : hrd@iaiglobal.or.id
Jumat, 12 Oktober 2012
2 hari menjelang try out
ayo segera daftarkan diri anda dalam try out USPSAK ke
Grha akuntan, jalan sindanglaya no1 menteng jakarta pusat, telp. 021 31904232 atau email ke cpsak@iaiglobal.or.id, registrasi@iaiglobal.or.id, marketingiaipusat@iaiglobal.or.id
Grha akuntan, jalan sindanglaya no1 menteng jakarta pusat, telp. 021 31904232 atau email ke cpsak@iaiglobal.or.id, registrasi@iaiglobal.or.id, marketingiaipusat@iaiglobal.or.id
Kamis, 11 Oktober 2012
try out USPSAK
sehubungan dengan akan diadakanya USPSAK, Ikatan Akuntan Indonesia mengadakan Try Out USPSAK yang adakan diadakan Pada :
hari tanggal : selasa-rabu/ 16-17 oktober
lokasi : IAI cabang MOI kelapa gading
keterangan lebih lanjut hubungi :
Ikatan Akuntan Indonesia, Grha Akuntan JL sindanglaya no1 Menteng Jakarta Pusat. Telp 021 31904232. email : registrasi@iaiglobal.or.id. atau klik http://www.iaiglobal.or.id/v02/
hari tanggal : selasa-rabu/ 16-17 oktober
lokasi : IAI cabang MOI kelapa gading
keterangan lebih lanjut hubungi :
Ikatan Akuntan Indonesia, Grha Akuntan JL sindanglaya no1 Menteng Jakarta Pusat. Telp 021 31904232. email : registrasi@iaiglobal.or.id. atau klik http://www.iaiglobal.or.id/v02/
Selasa, 09 Oktober 2012
Pengumuman kelulusan USPSAK periode 2 (18-19 Juli 2012)
IAI mengucapkan selamat dan sukses kepada para lulusan US PSAK yang
dilaksanakan pada tanggal 18-19 Juli 2012. Peserta yang telah lulus
berhak menyandang sebutan CPSAK dari IAI. Periode ini IAI memberikan
sebutan CPSAK kepada 9 orang peserta US PSAK.
Berikut nama-nama lulusan US PSAK yang dilaksanakan pada tanggal 18-19 Juli 2012:
1. Yeterina Widi Nugrahanti
2. Ronny Prabowo
3. Ilham Agustomo
4. Fajar Pratama
5. Wasono Hastoatmodjo
6. Yada Braguna
7. Agung Purnomo
8. Emielda Fadhilla
9. Sudarmadi
Pemegang Sebutan “CPSAK” wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) berupa seminar dan atau lokakarya dalam bidang PSAK dan atau Akuntansi Keuangan untuk mempertahankan sebutan “CPSAK” yang dimilikinya, sesuai dengan ketentuan PPL IAI. Minimal angka kredit yang wajib dipenuhi setiap tahunnya adalah sepuluh (10) SKP.
Pemegang sebutan “CPSAK” yang gagal memenuhi ketentuan yang ditetapkan, maka IAI akan mencabut sebutan “CPSAK” yang disandangnya.
Demikianlah pengumuman tersebut kami sampaikan. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi IAI (021) 3190 4232 Ext. 255, 151.
Berikut nama-nama lulusan US PSAK yang dilaksanakan pada tanggal 18-19 Juli 2012:
1. Yeterina Widi Nugrahanti
2. Ronny Prabowo
3. Ilham Agustomo
4. Fajar Pratama
5. Wasono Hastoatmodjo
6. Yada Braguna
7. Agung Purnomo
8. Emielda Fadhilla
9. Sudarmadi
Pemegang Sebutan “CPSAK” wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) berupa seminar dan atau lokakarya dalam bidang PSAK dan atau Akuntansi Keuangan untuk mempertahankan sebutan “CPSAK” yang dimilikinya, sesuai dengan ketentuan PPL IAI. Minimal angka kredit yang wajib dipenuhi setiap tahunnya adalah sepuluh (10) SKP.
Pemegang sebutan “CPSAK” yang gagal memenuhi ketentuan yang ditetapkan, maka IAI akan mencabut sebutan “CPSAK” yang disandangnya.
Demikianlah pengumuman tersebut kami sampaikan. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi IAI (021) 3190 4232 Ext. 255, 151.
IAI ON YM!
sekarang IAI on Ym loh, Bagi anda yang mau tanya2 seputar sertifikasi,
Pendidikan profesi berkelanjutan, In House Training atau hal hal lainnya
seputar IAI anda bisa chat on melalui yahoo messanger anda
kontak yahoo dapat dilihat di website :
http://www.iaiglobal.or.id/v02/
anda dapat memilih kontak sesuai kebutuhan anda dengan cara on yahoo messanger anda terlebih dahulu
http://www.iaiglobal.or.id/v02/
anda dapat memilih kontak sesuai kebutuhan anda dengan cara on yahoo messanger anda terlebih dahulu
Senin, 08 Oktober 2012
IAI PPL on Yahoo messanger
sekarang bagi yang mau bertanya tentang sertifikasi atau tentang workshop dan kursus bisa lewat YM, cukup add : iaippl@yahoo.com untuk PPL, workshop dan kursus dari yahoo messanger anda, dan anda bisa berinteraksi dengan admin yang bertugas
selamat mencoba
selamat mencoba
Selasa, 02 Oktober 2012
IASB dan FASB Alot Berdebat Kontrak Asuransi Fase 2 dan Pendapatan
London, 26
September 2011 – Sejak diterbitkannya exposure draft kontrak asuransi
fase dua bulan Juli 2010, IASB telah menangguhkan beberapa kali tenggat
waktu penyelesaian akuntansi kontrak asuransi fase 2 yang seharusnya
selesai tahun 2011. Keterlambatan ini memicu kekhawatiran para penyusun
standar di asia dan oceania yang bergabung dalam AOSSG dan berusaha
mendorong IASB untuk segera menyelesaikannya dan bahkan mengusulkan
untuk meninggalkan FSAB bila memang “konvergensi dengan US GAAP” menjadi
alasan lambannya penyelesaian standar ini.
Dalam rapat bersama IASB dan FASb hari Senin, 24 September2012, terlihat kedua penyusun standar ini berusaha untuk mendiskusikan hal-hal penting untuk memenuhi tuntutan dunia. Ersa Tri Wahyuni, penasihat teknis Ikatan Akuntan Indonesia yang mengamati jalannya rapat tersebut mengakui peliknya beberapa permasalahan akuntansi asuransi yang didiskusikan.
Dalam rapat bersama IASB dan FASb hari Senin, 24 September2012, terlihat kedua penyusun standar ini berusaha untuk mendiskusikan hal-hal penting untuk memenuhi tuntutan dunia. Ersa Tri Wahyuni, penasihat teknis Ikatan Akuntan Indonesia yang mengamati jalannya rapat tersebut mengakui peliknya beberapa permasalahan akuntansi asuransi yang didiskusikan.
“Standar
akuntansi untuk asuransi di bawah US GAAP sudah jauh lebih dulu
dikembangkan dan diterapkan di Amerika, sedangkan standar akuntansi
asuransi di bawah IFRS masih sangat longgar sehingg justru membuat
praktik di lapangan jadi seragam. Model bisnis asuransi juga sangat
kompleks dan bervariasi dari mulai asuransjiwa sampai asuransi kerugian
dengan berbagai kombinasi fitur proteksi dan investasi. Untuk membuat
satu model kontrak asuransi yang akan berlaku untuk semua jenis kontrak
asuransi tentunya bukan hal yang mudah.” Ujar Ersa.
Proses
penyelesaian kontrak asuransi fase 2 juga akan membawa dampak pada
Indonesia yang sedang melakukan konvergensi IFRS. Ersa juga
mengungkapkan bahwa di Indonesia sendiri, DSAK-IAI baru menerapkan
standar IFRS 4 yang fase1 tahun 2012 dan sedang membuat bulletin teknis
untuk membantu para pengguna standar menerapkannya.
Dalam
rapatnya, IASB dan FSAB membahas ketentuan transisi baik ketentuan
transisi secara umum dan ketentuan transisi khusu mengenai pengunaan
pertimbangan praktis (Pratical Expedients) untuk menentukan discountn
rate di masa transisi. Pengaturan untuk biaa akuisisi kotrak asuransi
juga masuk dalam agenda pembahasan.
“Mengenai
penggunaan pertimbangan praktis dalam menentukan discount rate di masa
transisi, diskusi cukup singkat dan usulan staff IASB mendapat dukungan
dari para anggota dewan. Sedangkan untuk ketentuan transisi lainnya,
diskusi berjalan cukup alot karena beberapa opsi yang diberikan oleh
staff tidak ada yang sempurna. Namun keputusan IASB dan FASB untuk tidak
mengambil opsi retrospective penuh pastinya akan diapresiasi oleh
industri asuransi.”ungkap Ersa yang mengikuti perdebatan secara
langsung.
Selain
kontrak asuransi, hari senin kemarin, IASB dan FASAB juga membahas
perkembangan standar pengakuan pendapatan yang juga sangat pelik.
Akuntansi untuk pengakuan pendapatan dari kontrak pelanggan juga sudah
cukup lama didiskusikan, lagi-lagi ini juga merupakan salah satu standar
yang masukan dalam MoU konvergensi dengan FSAB sehingga diskusinya
menjadi berlarut-larut. Dimulai sejak diterbitkannya discussion papaer
pada bulan Oktober 2008, model pendapatan yang diusulkan oleh IASB
memeng cukup kontroversial sehingg November 2011, IASB menerbitkan ulang
exposure draft yang sebelumnya sudah diterbitkan pada Juni 2012.
Di
dalam diskusi senin kemarin, ada empat usulan yang dbahas di dalam
rapat bersama IASB namun yang menjadi perdebatan hangat adalah mengenai
penyajian penurunan nilai dari piutang. “anggta IASB berdebat apakah
pendapatan disajikan secara bruto atau secara neto. Beberapa angoa IASB
menginginkan hanya ada satu penyajian revenue saja secara bruto
sedangkan impairment disajikan pada kelompok biaya. Sebagian lagi
menyetujui bahwa pendapatan bruto disajikan dan juga pendapatan neto
disajikan setelah dikurangi penurunan piiutan” jelas Ersa.
Mengingat
bahwa standar in iakan mengusulkan satu model pendapatan yang akan
berlaku untuk semua jenis industri, maka anggota IASB dan FASB cukup
berhati-hati dalam menyelesaikan standar in terutama terkait dengan
industri yang memiliki kontrak jangka panjang seperti konstruksi. Staff
IASB mengusulkan beberapa perbaikan untuk memberikan petunjuk yang lebih
jelah bagaimana menghadapi kendapa perhitungan pendapatan kontrak
jangka panjang adalah mnghilangkan kata “reasonable assured” di pragrag
81 ED Revenue tahun 2011. IASB menerima masukan bahwa definisi
reasonable assured membingungkan karena digunakan juga di
standar-standar auditing dan standar IFRS/US GAAP lainnya. Sehingga kata
reasonable assured diganti dengan panduan yang lebih baik untuk
menentukan apakah entitas memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan
prediksi atas pendapatannya (predictive experience). Penghapusan kata
reasonable assured ini ditentang oleh beberapa anggoa IASB karena
dirasakan konsep predictive experience lebih lemah daripada kata
reasonable assure. Pembahasan mengenai akuntansi pendapatan akan masih
berlanjut sampau akhir 2012 dengan target terbit IFRS pertengahan tahun
2013.
IASB
akan meneruskan rapat mereka sampai hari Jum’at, 28 September dengan
beberapa agenda penting lainnya seperti melanjutkan diskusi kontrak
asuransi, juga membahas akuntansi untuk instrument keuangan, agrikultur
dan kerangka konseptual.
Penjelasan lebih rinci tentang pengakuan pendapatn dapat dipelajari dari tauntan ini:
penjelasan lebih rinci tentang kontrak asuransi dapat dipelajari dari tautan ini:
Selasa, 25 September 2012
Open House Ikatan Akuntan Indonesia
sebagai wujud komitmen besar IAI memberikan pemahaman pada stakeholker keprofesian tentang Standar Akuntansi Keuangan (SAK), maka IAI mengadakan konsultasi publik dalam penerapan SAK terbaru
dalam ajang ini peserta akan memperoleh kesempatan berkonsultasi langsung dengan tim teknis dan tim implementasi IFRS, sehingga memperoleh perspektif yang akurat.
open house ini diadakan pada :
hari/tanggal : Jumat/28 September 2012
Jam : 14.00-17.00 WIB
BE THE FIRST IN OUR OPEN HOUSE
nb : Keterangan lebih jelas hubungi : (021) 31904232 atau di website www.iaiglobal.or.id
dalam ajang ini peserta akan memperoleh kesempatan berkonsultasi langsung dengan tim teknis dan tim implementasi IFRS, sehingga memperoleh perspektif yang akurat.
open house ini diadakan pada :
hari/tanggal : Jumat/28 September 2012
Jam : 14.00-17.00 WIB
BE THE FIRST IN OUR OPEN HOUSE
nb : Keterangan lebih jelas hubungi : (021) 31904232 atau di website www.iaiglobal.or.id
Rabu, 12 September 2012
aset negara tumbuh 24,7%
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melansir nilai aset negara er 31
Desember 2011 mencapai Rp. 3.023,44 triliun, dengan kewajiban negara
sebesar Rp. 1.947,37 triliun.
Dengan demikian, kekayaan bersih negara mencapai Rp. 1.076,07 triliun. Menteri Keuangan Agus Martowadojo mengungkapkan, nilai aset negara memang mengalami kemajuan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Kenaikan tersebut tidak bisa lepas dari perbaikan inventarisasi baik dari sisi jumlah maupun jenis.
Sebagai informasi, per 31 Desember 2010 aset negara baru mencapai Rp. 2.423,69 triliun dengan kewajiban mencapai Rp. 2.796,08 triliun dan kekayaan bersih negara yang hanya Rp. 627,61 triliun. Per 31 Desember 2006, kekayaannya bersih negara bahkan minus Rp. 110,10 triliun karena aset negara hanya tercatat Rp. 1.219, 96 triliun sementara kewajibannya mencapai Rp. 1.330,06 triliun.
Dengan demikian, kekayaan bersih negara mencapai Rp. 1.076,07 triliun. Menteri Keuangan Agus Martowadojo mengungkapkan, nilai aset negara memang mengalami kemajuan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Kenaikan tersebut tidak bisa lepas dari perbaikan inventarisasi baik dari sisi jumlah maupun jenis.
Sebagai informasi, per 31 Desember 2010 aset negara baru mencapai Rp. 2.423,69 triliun dengan kewajiban mencapai Rp. 2.796,08 triliun dan kekayaan bersih negara yang hanya Rp. 627,61 triliun. Per 31 Desember 2006, kekayaannya bersih negara bahkan minus Rp. 110,10 triliun karena aset negara hanya tercatat Rp. 1.219, 96 triliun sementara kewajibannya mencapai Rp. 1.330,06 triliun.
Begitu pula per 31 Desember 2005,
dimana kekayaan bersih negara minus RP. 168,92 triliun karena asetnya
hanya Rp. 1.173,13 triliun sementara kewajibannya mencapai RP. 1.342,05
triliun. "Aset negara yang perlu diselesaikan statusnya itu banyak, tapi
kemajuan yang ada juga sudah banyak. PErlu kerja sama antara
kementerian/lembaga (K/L) yang menguasai aset negara dengan KEmenkeu, "
tutur Agus Marto dalam konferensei pers Rapat KErja Nasional (Rakernas)
Akuntansi dan Laporan Keuangan Tahun 2012, di Kantor Kemenkeu, jakarta,
kemarin.
Meski ada kemajuan dalam inventarisasi
ataupun penilaian aset, Agus Marto menegaskan, masih banyak aset negara
yang masih harus diterbitkan seperti pelabuhan udara, rumah dinas, dan
gedung kantor. Mantan Dirut Bank Mandiri ini menambahkan, kerja sama
dengan K/L sangat diperlukan dalam inventarisasi terutama untuk
memastikan bahwa tanah yang diiventarisasi dalam keadaan bersih serta
dalam kendali K/L.
Direktur
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Yuniar Yanuar Rasyif mengatakan, pemerintah terus meningkatkan
invetarisasi dan penilaian aset negara yang berlum terhitung "Kita
sedang melakukan invetarisasi dan penilaian kembali aset jalan dan
bendngan-bendungan, " papar Yuniar. Yuniar menegaskan, Kemenkeu
menargetkan akan menyelesaikan inventarisasi dan penilaian aset negara
pada tahun ini.
Untuk
itulah, pemerintah tengah mengiatkan deteksi aset negara untuk kemudian
diinventarisasi dan ditaksir nilainya. Bendungan-bendungan, misalnya,
masih diiventarisasi oleh DItjen Kekayaan Negara sebelum ditaksir
nilainya. maesaroh
Selasa, 11 September 2012
14 cara mencegah penggelapan cek
Meskipun bukan uang tunai, cek paling rawan terhadap pencurian atau
penggelapan. Dengan ukuran fisik yang ringkas, pencairan yang relatif
mudah dan nominal yang besar, tak diragukan lagi cek menjadi sasaran
penggelapan paling menarik bagi pegawai yang tidak bertanggungjawab.
Untuk itu diperlukan pengawasan yang ekstra ketat—melebihi wilayah
lainnya.
Berikut adalah cara mencegah penggelapan cek :
1. minimalkan penggunaan cek
2. berlakukan otorisasi bertingkat
3. minimalkan penerbitan cek tunai/cash
4. penandatanganan cek harus lebih dari satu orang
5. awasi stok buku cek
6. awasi stempel cek
7. disiplinkan nomor urut cek
8. jangan sisakan ruang dalam lembar cek
9. bandingkan antara cek register dengan bonggol cek
10. gunting cek yang batal
11. periksa cek yang belum dikirimkan
12. setor semua cek masuk dihari yang sama
13. lakukan audit mendadak
14. perbaharui kartu spesimen penandatanganan cek
Berikut adalah cara mencegah penggelapan cek :
1. minimalkan penggunaan cek
2. berlakukan otorisasi bertingkat
3. minimalkan penerbitan cek tunai/cash
4. penandatanganan cek harus lebih dari satu orang
5. awasi stok buku cek
6. awasi stempel cek
7. disiplinkan nomor urut cek
8. jangan sisakan ruang dalam lembar cek
9. bandingkan antara cek register dengan bonggol cek
10. gunting cek yang batal
11. periksa cek yang belum dikirimkan
12. setor semua cek masuk dihari yang sama
13. lakukan audit mendadak
14. perbaharui kartu spesimen penandatanganan cek
4 elemen terpenting sistem pengendalian intern
implementasi sistem pengendalian intern (SPI)
bukan hanya dalam bentuk pengawasan. Melainkan gabungan berbagai elemen
yang berbeda. Agar sistem pengendalian intern bisa berfungsi dengan
efektif, minimal terdiri dari empat elemen utama yang berjalan
sinergis—saling melengkapi dan saling mendukung. Berfungsi efektif yang
saya maksudkan adalah mampu meminimalisir potensi penggelapan, pencurian
dan bentuk penyelewengan lainnya hingga ke titik terendah
agar efektif sistem pengendalian manajemen harus mengandung 4 elemen di bawah ini :
1. prosedur dan kebijakan yang mengikat dan jelas
Ini fundamental sifatnya. Tidak boleh tidak, harus ada. Tanpa prosedur dan kebijakan yang jelas, pegawai tidak akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Prosedur harus mengikat, dalam artian setiap perilaku yang tidak sesui dengan prosedur akan diganjar hukuman. Prosedur haru jelas, tidak multi tafsir, tidak memiliki celah untuk memungkinkan terjadinya pelanggaran.
Misalnya: Untuk menerima barang dari pemasok/vendor, bagian receiving harus:
Semua itu dituangkan di dalam sebuah prosedur dan kebijakan. Dan semua aktvitas (di semua wilayah operasional persahaan), harus memilik prosedur dan kebijakan yang mengikat, dan jelas.
Bayangkan kalau tidak ada prosedur, bukan saja membuat potensi penggelapan/pencurian/penyelewengan menjadi tinggi, tetapi juga membuat banyak waktu habis ditengah jalan hanya untuk bolak-balik menjalankan satu proses aktivitas, karena pegawai tidak tahu pasti harus berbuat apa.
2. Peralatan yang memadai
Piranti di sini bisa jadi berupa komputer, device tertentu (misalnya mesin finger print untuk absensi, atau scanner barcode untuk penerimaan barang dan pencatatan persediaan yang akurat, body-scanner untuk memeriksa orang yang keluar masuk dari lokasi perusahaan, camera CCTV, brankas dengan locker digital dan manual, alat penimbang, stempel digital yang dilengkapi dengan alat anti duplikasi, dll).
Peranan piranti sangat besar. Piranti dimaksudkan untuk 2 tujuan utama berikut ini :Memastikan prosedur dan kebijakan berjalan dengan mulus tanpa hambatan, dan nenutup celah peluang terjadinya penggelapan/pencurian/penyelewengan
3. pengawasan terus menerus
4. evaluasi berkala
agar efektif sistem pengendalian manajemen harus mengandung 4 elemen di bawah ini :
1. prosedur dan kebijakan yang mengikat dan jelas
Ini fundamental sifatnya. Tidak boleh tidak, harus ada. Tanpa prosedur dan kebijakan yang jelas, pegawai tidak akan tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Prosedur harus mengikat, dalam artian setiap perilaku yang tidak sesui dengan prosedur akan diganjar hukuman. Prosedur haru jelas, tidak multi tafsir, tidak memiliki celah untuk memungkinkan terjadinya pelanggaran.
Misalnya: Untuk menerima barang dari pemasok/vendor, bagian receiving harus:
- Membandingkan “Surat Jalan” vs. “Purchase Order” vs “Physical Check”, untuk memastikan barang yang diterima sudah sesuai pesanan, dan surat jalan sudah sesuai kenyataan.
- Bila ada perbedaan, maka petugas receiving harus menghubungi bagian pembelian untuk kemudian diteruskan ke vendor. Vendor harus mengirimkan barang yang sesuai dengan PO selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak pesanan dibatalkan.
- Apakah harus persis sama atau ada toleransi? Apakah ada pengecualian? Kalau ada pengecualian atas apa dan siapa yang berwenang memberikan approval untuk menerima perbedaan itu?
- Bila ketiganya sudah sama, maka petugas receiving harus memasukan data penerimaan, mencetak receiving slip, di staple jadi satu, untuk kemudian dikirimkan ke bagian accounting.
- Dan seterusnya.
Semua itu dituangkan di dalam sebuah prosedur dan kebijakan. Dan semua aktvitas (di semua wilayah operasional persahaan), harus memilik prosedur dan kebijakan yang mengikat, dan jelas.
Bayangkan kalau tidak ada prosedur, bukan saja membuat potensi penggelapan/pencurian/penyelewengan menjadi tinggi, tetapi juga membuat banyak waktu habis ditengah jalan hanya untuk bolak-balik menjalankan satu proses aktivitas, karena pegawai tidak tahu pasti harus berbuat apa.
2. Peralatan yang memadai
Piranti di sini bisa jadi berupa komputer, device tertentu (misalnya mesin finger print untuk absensi, atau scanner barcode untuk penerimaan barang dan pencatatan persediaan yang akurat, body-scanner untuk memeriksa orang yang keluar masuk dari lokasi perusahaan, camera CCTV, brankas dengan locker digital dan manual, alat penimbang, stempel digital yang dilengkapi dengan alat anti duplikasi, dll).
Peranan piranti sangat besar. Piranti dimaksudkan untuk 2 tujuan utama berikut ini :Memastikan prosedur dan kebijakan berjalan dengan mulus tanpa hambatan, dan nenutup celah peluang terjadinya penggelapan/pencurian/penyelewengan
3. pengawasan terus menerus
4. evaluasi berkala
penyempurnaan atas edisi cetak Standar Akuntansi Keuangan
Salah satu upaya
yang ditempuh oleh IAI dalam rangka sosialisasi Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia adalah penerbitan buku Standar
Akuntansi Keuangan per 1 Juni 2012 yang merupakan kompilasi edisi cetak
Standar Akuntansi Keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya. Dalam
proses penerbitan buku ini telah dilakukan berbagai penyempurnaan atas
edisi cetak Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan sebelumya
meliputi:
1.
|
Perbaikan redaksional; dan/atau
|
2.
|
Penyesuaian
karena dampak perubahan, pencabutan dan/atau pengesahan beberapa
Standar Akuntansi Keuangan yang mengakibatkan perubahan Sandar Akuntansi
Keuangan yang lain.
Keterangan untuk penyempurnaan edisi cetak lebih jelas klik link ini :
|
Langganan:
Postingan (Atom)